Cerita Sebelumnya : Revina berhasil diselamatkan. Dan kedua penjahat itu sudah berhasil ditangkap. Mungkin mereka akan menginap di dalam sel yang menurut Revina tempat menyeramnkan. Bagian ini akan penuh dengan percintaan, persahabatan, dan kebahagiaan. Ada sedikit pertengkaran tapi bisa diatasi.
~~~Chapter 7~~~
“Ayah! Darimana kau dating? Dan kapan tiba? Naik apa? Dengan siapa? Berapalama? Siapa yang menjemput?” pertanyaan yang bertubi-tubi dating dari Revina Machbet.
“Kau ikut ayah! Ternyata benar kataku, Indonesia buruk! Baru beberapa hari tak bersamaku sudah ada kejadian yang menggemparkan! Apa? Ibumu tak menjagamu dengan baik!” kata Ayahnya marah.
“Hey! Aku menjaganya! Dan asal kau tau, Macbet! Kau tak berhak berbicara begitu! Yang menculik Vina, rekan kerjamu dulu THOMAS! Karena untuk membalas dendam padamu yang dulu memecatnya! Dan menuduhnya membocorkan proyek besa! Bukan ia pelakunya!” kata Ibunya gusar.
“Pokoknya aku tak peduli! Aku akan membawa Revina bersamaku! Aku jauh bisa menjaganya daripada kau! Dan tak ada yang bisa menghalangiku!” katanya seraya menarik Vina keluar.
“Tidak! Aku tidak akan membiarkan anak yang lahir dari rahimku kau ambil! Lebih baik kita sudahi saja ini semua. Dan kau terserah mau tetap disini atau tidak. Aku tidak mau berdebat lebih lama dengan suami sendiri.” Kata Ibunya.
“Baik, aku tidak akan membawa Revina. Tapi, kau harus menjaganya dengan baik. Aku akan kembali ke Amerika menyelesaikan tugasku dan 2 minggu lagi kembali kesini.” Kata Ayahnya pergi.
“Ibu! Untung Ayah tidak jadi membawaku. Aku suka disini. Walau harus ada culik-menculik. Tapi, tempat ini menyenangkan! Aku pasti akan menangis jika harus kembali ke Amerika. Aku sudah menemukan teman yang menyenangkan. Dan mendapat pelajaran aru.” Kata Revina.
“Benarkah itu? Kau suka di Negara kelahiranku? Oh, itu baru anak ibu. Dan aku juga suka tempat ini. Bagaimana kalau akhir pecan kau kuajak ke tempat keluargaku supaya lebih akrab?” Tanya Ibu.
“Boleh banget, Bu! Aku senang sekali! Bertemu keluarga besar Ibu? Wah, pasti asyik!” katanya senang.
Oya, nama Ayah Revina itu Marvin Machbet. Machbet adalah marga dari keluarga itu. Jadi, pasti semua cucu, anak menggunakan Machbet. Tidak laki-laki tidak perpempuan. Mungkin kalau yang tidak pakai Machbet bukan keluarganya. Keluarga Machbet adalah keluarga terbesar dan terkaya di Amerika. Itu sudah turun temurun dari cucu-kakeknya. Dan pewaris tunggal Keluarga Machbet berikutnya adalah Revina Machbet. Anak Marvin Machbet. Yang kini di mutasi ke Indonesia. Revina anak yang tomboy tapi cantik dan bisa menjadi anggun jika ia mau. Ia tidak suka jika ada yang mengingatkannya kalau ia pewaris tunggal keluarga Machbet. “Itu kan masa depan, tapi sekarang kita jalani saja”. Itu yang selalu diucapkannya jika ada yang bilang ia pewaris tunggal Machbet. Ia lebih senang menjadi orang biasa saja di masa mudanya. Dan menjalankan apa yang harus dilakukan. Dia lebih suka hidup sederhana daripada hidup mewah. Walau terkadang ia juga sering mengatakan “Tempat ini buruk!”. Tapi, setelah itu ia merasa kikuk.
“Ibu! Mana makan siangku? Laper!” kata Vina.
“Ibu tidak sempat masak. Kalau mau makan, masak saja telur dan mie.” Kata Ibunya.
“Mie?! Tidak! Sangat tidak sehat!” kata Vina.
“Saat ini hanya itu saja yang ada. Kalau mau goring telur. Itu kan sehat?” Tanya Ibunya.
“Some egg and lemon tea will be nice.” Kata Vina menggunakan aksen Amerikanya.
“Yah, kau ambil saja cheesecake kemarin. Lalu kau hangatkan sebentar. Dan….. selamat makan!” kata Ibunya.
***
“Hoaaaamm… Selamat pagi dunia! Apakah ada yang menarik pagi ini?” pertanyaan konyol keluar dari Vina. Benar-benar konyol!
“Hahaha, lebih baik aku mandi saja sekarang. Sudah jam.. (meihat jam0 Hah?! Jam 6.40?! Terlambat!” katanya kaget.
Revina segera mandi dengan secepat kilat. Dan memakai seragmnya. Turun ke bawah, terdengar Ibu berteriak,
“Sedang apa kau?! Dengan seragam?! Ini kan hari Minggu? No school today.” Kata Ibu.
“Ya ampun! Kalau gini untuk apa aku epat-cepat?! Seharusnya tadi aku masih tertidur lelap seperti putri!” kata Vina kesal.
“Masalah sepele aja dibesarin. How fuckin’ you are. Kamu kan bisa tidur lagi? Or anything else, that’s up to you. I will clean up the home. You can play on your friend’s home.” Kata Ibunya.
“Yah, Ibu. Aku akan kalau udah bangun gak bisa tidur lagi. Anyway, I want to help you. Can I?” Tanya Vina.
“Of course! Come on, and first you sweep this room and your room. I will cutting the grass.” Kata Ibu sambil berlalu.
“Mom! Gak jadi ya! Aku mau cycling aja! Keliling komplek biar lebih tau daerah ini.” Kata Vina.
“That’s bad. But, okay if you want. I can do it by myself. Tapi, pulang sebelum jam 10 ya.” Kata Ibunya.
“Sippo!” kata Vina keluar dengan riang.
Vina bersepeda dengan riang dan ngebut. Ia sangat senang. Mungkin karena sudah tidak diculik lagi. Dan ia terkejut karena bertemu dengan anak laki-laki yang sedang mengendarai sepedanya. Dan sangat mirip dengan Gilang. Vina pun memanggilnya.
“Hey!” teriaknya.
“Hey juga! Kamu juga sedang bersepeda? Indah ya! Dan rumahmu juga di komplek ini? Bisa berangkat sekolah bareng dong!” kata Gilang.
“Ya. Dan aku sangat terkejut bertemu denganmu. Tapi, kenapa kau bawa Koran?” Tanya Vina.
“Em… Jangan bilang siapa-siapa ya. Aku ini….Sebenarnya.. tukang Koran.” Kata Gilang.
“Apa?! Oh.. Oke! Aku bisa kok tutup mulut! Bersepeda lagi yuk?” kata Vina.
“Yuk!” jawab Gilang.
“Dan sini separuh Koran itu taruh keranjangku. Aku mau kok membantumu berjualan.” Kata Vina.
“Hah?! Oke, ini. Mari keliling dan bagikan Koran ini ke orang yang berlangganan.” Kata Gilang.
Mereka berdua menikmati pagi yang indah itu. Walau harus berjualan Koran. Vina tampak senang dapat besepeda ria di Minggu pertamanya di Indonesia. Walau saat pertama harus ada penculikan segala. Hari sudah siang. Menunjukkan pukul 9. vina memilih duduk di taman sambil minum. Dan pada bagian inilah Gilang menyatakn cintanya.
“Vin, aku boleh ngomong something gak?” Tanya Gilang.
“Boleh.” Jawabnya.
“Aku sebenernya….”
“Hei!! Ngapain lo Upik Abu disini?! Eh, ada Gilang!” kata Paramitha.
“Elo bisa nggak, gak usah ganggu kita! Saat kita mau ngomong sesuatu yang penting muncul aja terus.” Kata Gilang kesal.
“Ngomong apa? Maaf gak bisa. Kita ini ingin mengganggu kalian. Dan aku udah tau Gilang mau ngomong apa ke Upik Abu.” Kata Paramitha.
“PERGI! Dan jangan panggil Vina “Upik Abu” lagi!! Jangan ganggu kita lagi!!” kata Gilang.
“Maaf, Vin.. Sebenernya aku…”
“Maaf. Tapi, ini udah jam 12. aku janji sama Mom pulang jam 12 siang! Daaah!” kata Vina seraya pergi.
“Sial! Gara-gara nenek peot sekarang aku gak bisa nyatain cinta. Lagian kenapa sih, ada aja halangannya! Kalau gitu aku harus nyatain lewat sms.” Kata Gilang pada diri sendiri.
“Hm, tadi si Gilang mau ngomong apa ya?? Aku jadi penasaran. Nyesel aku tadi ninggalin dia dan pulang duluan.” Batin Vina di kamarnya.
~Baby Baby Baby~
“Ada SMS! Siapa ya?” batinnya.
From : 08xxxxxxxx
Hey, Vin! Ni ak Gilang. Mav, td g jd ngmg. Pertama, gra” nenek sihir i2. Kedua km keburu pulang. Gmn kalo nanti sore jam 3 kita ketemuan di Taman??
From : Vina Sweetheart (nama dikontaknya Gilang)
Sorry ya! Jam segitu biasanya aku “Tea Time”. Jadi, aku gak bisa. Mungkin lain kali aku bisa.
From : Gilang P
Y udh, gpp. Gmn klo bsk snen plg skolah kta nonton?? Mau yaa???
From : Vina Sweetheart
Pulang sekolah aku belajar. Nggak bisa. Waktu luangku cuman Minggu pagi. Sorry banget
From : Gilang P
Y udh, minggu aj y. Jam 7 di tman yg td…Okey ;)
From : Vina Sweetheart
Iya, Lang.. Ntar liat besok Minggu ya, kalo aku ga sibuk…
“Sial! Si Vina tu ternyata sibuk dan aktif banget! Kalau gini, susah dong.. Mau ngajak tapi gak bisa terus. Kalo Minggu kelamaan dong.” Batin Gilang.
“Sebenernya dia itu mau ngomong apa sih?! Kenapa nggak to the point?! Tau ah! Paling ngomongin yang nggak penting!!” kata Vina dalam hati.
***
“Hai, guys! Apa kabar?” sapa Vina.
“Hey! Baik… Kamu udah ngerjain PR Matematika, Vin?” Tanya Melinda.
“Udah doong! Kamu? Eh, tau gak? Kemarin aku sepedaan sama Gilang. Waktu udah selesai dia mau ngomong sesuatu tapi nggak jadi.” Kata Vina.
“Nyatain cinta kali.” Tebak Melinda.
“Imposible!! Gak mungkin banget dia bilang gitu ke aku!! Mungkin aja dia mau curhat tapi malu. Yah, aku juga bingung.” Kata Vina.
“Heh!! Gak mungkin Gilang nyatain cinta ke elo!! Ngarep banget sih!! Gak mungkin juga dia suka ma elo!!! Apa sih hebatnya elo?! Nyadar dong!!! Dia tuh sukanya sama gue!!” kata Paramitha.
“Pagi-pagi nggak usah cari gara-gara ya! Dan satu lagi, aku bisa aja ngeluarin kamu dari sekolah ini! Inget itu Putri Paramitha Sysl Yang Terhormat!!” kata Vina.
“Well, lo emang menang kalo soal harta. Tapi, penampilan? Lo gak akan menang dari gue!! Gue ini terkenal dan tercantik dari dulu dan….
TEETTT!!!!
“Dan bel bunyi! Hahah!!” kata Vina mengejek.
“Sialan ni bel!!! Kenapa harus bunyi disaat aku sedang membanggakan diriku sih??!!” gerutu Paramitha.
“Anak-anak, kita kedatangan murid baru lagi. Namanya Caroline Amartha Bable.” Kata Pak Gieto.
“Wah! Anaknya kayak apa ya? Dari namanya sih, bagus. Tapi, gak tau kalau dari anaknya.” Itu obrolan murid-murid.
“Hello, teman-teman. Namaku Caroline Amartha Bable. Senang berkenalan. Semoga kalian bisa berteman baik denganku.” Kata Caroline memperkenalkan diri.
“Caroline? Kayaknya aku pernah denger! Oya, dia kan…” kata Vina dalam hati.
“Caroline! Ingatkah kau denganku??” Tanya Vina.
“Kau? Revina Machbet? Tentu saja! Dulu kita sahabat, dan saat kau pindah aku janji akan menyusulmu. Nah, aku sudah menyusulmu kan?” kata Caroline.
“Yap! Aku rindu sekali denganmu! Hampir aku lupa denganmu! Kau duduk di sebelahku ya, Carol?” pinta Vina.
“Baiklah. Nanti kenalkan aku dengan teman-teman ya, Rev. Dan antar aku berkeliling sekolah.” Kata Carol.
“Cukup perkenalannya. Caroline, duduklah. Dan kita mulai pelajaran Matematika hari ini. Ada PR? Yang tidak mengerjakan seperti biasa langsung maju. Paramitha, mana PRmu??” Tanya Pak Gieto.
“Mith! Ngerjain nggak?? Nih, pinjem punya gue aja.” Kata Ratu.
“Mana Paramitha? Dan apa itu, Ratu?? Kau kan tidak sedang meminjamkan PRmu pada Paramitha kan?” kata Pak Gieto.
“Tidak, Pak.” Jawab Ratu.
“Saya yakin Paramitha belum mengerjakan PR. Sekarang keluar!! Berdiri di luar sampai pelajaran saya selesai!!” suruh Pak Gieto.
SKIP
“Sialan Pak Gieto!! Masa gue di suruh berdiri sambil berjemur di tiang bendera sampai kulit gue osong?!! Eh, itu Caroline, Revina, dan Melinda. Kerjain yuk!” kata Paramitha.
“Hei!! Mau kemana kalian??”Tanya Ratu ramah.
“Pulang lah! Kalian pikir apa?? Madang? Ga doong!” jawab Revina.
“Mereka itu siapa sih, Rev?? Mereka yang dihukum pas Matematika tadi kan??” Tanya Caroline.
“Mereka anak geng Lollpop Girls dan paling terkenal di sekolah. Bukan karena hal yang baik tapi hal yang jelek. Sudah, pulang yuk!” kata Revina pergi.
“Eiitt… Mau kemana?? Kita maish ada urusan! Sini! Ikut aku!” kata Lollypop Girls membawa Melinda, Caroline, Revina ke atas.
“Nah, sekarang saatnya pembalasan! Karena udah buat popularitas kita down. Disini sepi jdi kalian gak bisa minya tolong.” Kata Paramitha.
“Jangan sakiti mereka!” kata seseorang.
To be continue~~~~
Siapakah seseorang itu???
Dan bagaimana nasib Caroline, Revina, Melinda???
Check it out on nexy chapter!
Jumat, 22 April 2011
~~~My Life in Indonesia~~~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar