Cerita sebelumnya : Gilang Padmawijaya berhasil membawa polisi. Tapi, 2 orang bandit itu sudah pergi meninggalkan Revina sendirian di dalam rumah itu. Dengan sangat terpaksa, kedua polisi bersama Gilang dan Revina mengikuti mobil penjahat-penjahat itu. Untung Gilang sudah mencatat plat nomornya, jadi mereka bisa dengan mudah mengikuti mobil tersebut.
~~~ Chapter 6 ~~~
Sudah hampir 1 ½ jam mereka mengikuti mobil itu, tapi tetap saja tidak ada hasil. Tapi, mereka tidak akan menyerah begitu saja dan menghentikan penelusuran mereka mengikuti mobil tersebut. Hari sidah siang, perut mereka sangat keroncongan. Pak Polisi membagi 2 batang cokelat pada Gilang dan Revina.
“Hey, lihat! Sepertinya mereka akan berhenti. Sebentar, biar kulihat berhenti dimana…” kata Gilang memicingkan mata. Oya! Tentu saja! Mereka berhenti di rumah makan itu! Hari sudah siang, dan tentu saja mereka lapar. Bagaimana jika kita juga makan, Pak?” katanya lagi.
“Kurasa kau benar. Dan aku akan menyergap mereka di rumah makan itu. Pasti kaget sekali mereka!” kata Pak Polisi.
“Yap! Dan… Itu Thomas! Teman rekan kerja ayahku dulu. Katanya ia menculikku karena untuk membalas perbuatan ayah. Ia jadi dipecat gara-gara dituduh membocorkan rahasia proyek! Padahal bukan ia pelakunya!” kata Revina bercerita panjang lebar.
“Oooo! Aku mengerti sekarang. Persoalan biasa yang memang sering terjadi. Tapi, dimana Ayahmu?” kata Pak Polisi
“Ia masih di Amerika. Masih ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan segera. Dua minggu lagi baru akan menyusul kemari.” Kata Revina lagi.
Mereka memasuki Rumah Makan. Dan melihat 2 penjahat itu sedang memesan makanan. Mereka segera memesan makanan dengan cepat. 15 menit makanan jadi. 2 penjahat itu juga sedang makan. Dan cara makan mereka seperti sudah 2 tahun lamanya tidak makan. Sangat lahap dan serakah! Uuppsss… Mungkin memang serakah. Mereka makan di restoran yang sangat sederhana. Selesai makan, mereka mengobrol sebentar. Di bilik sebelahnya Revina, Gilang, 2 polisi mendengar pembicaraan mereka.
“Dengar, begitu selesai makan kita membawa barang curian ke kantor pos. untuk diposkan ke Prancis dan dijual dengan harga yang sangat besar. Perjalanan ke kantor pos masih sangat jauh!” kata Thomas
“Jadi.. mereka mengendarai mobil dalam waktu lama hanya untuk ke kantor pos?! sudah gilakah mereka?! Dan ingin mengeposkan barang curian?! Pak, cepat cegah!” kata Gilang antusias.
“Tunggu dulu. Jangan gegabah. Kita harus terus membututi mereka. Jangan sergap disini. Banyak orang dan mereka bisa berteriak pada semua orang bahwa kita ingin mencuri sesuatu dari mereka.” Kata Pak Polisi.
“Bapak benar. Baik, kita ikuti mereka. Dan mencari tau mengapa mereka memilih kantor pos yang jauh, padahal di dekat persembunyian mereka juga ada kantor pos. atau kantor pos itu “Rahasia”?” kata Gilang penasaran.
Mereka segera menghabiskan makanan. Dan ketika para penjahat itu itu lewat mereka menutupi diri mereka masing-maisng. Mereka tidak ingin ketauan. Jika ketauan, penyelidikan mereka ini bisa-bisa gagal total. Dan sepertinya sudah aman bagi mereka untuk masuk ke mobil. Karena kedua penjahat itu sudah lewat. Tak lupa membayar, mereka segera naik mobilm dab mengikuti mobil itu. Mobil itu berhenti di pom bensin. Terpaksa Pak Polisi juga mengisi bensin. Kalau tidak mereka pasti akan curiga ada mobil mobil berhenti tapi tidak mengisi bensin.
“Pak, isi ¼ saja ya.” Kata Pak Polisi.
“Baik. Jadi harganya 12,000. pakai pajak menjadi 13,000.” Kata Tukang Bensiin.
Sebenarnya Pak Polisi merasa sayang mengisi bensin. Selain masih penuh karena baru diisi kemarin, juga karena para penjahat yang sok tingkah itu! Ia sudah geregetan ingin menangkap mereka. Tapi, mereka ingat perkataan bos “Jangan gegabah jika menghadapi suatu masalah”. Jadi, dengan sabar mereka semua menunggu bensin terisi. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan dengan ngebut. Mereka sudah tidak sabar lagi dengan keberadaan kantor pos “Rahasia” tersebut. Tapi, jika gegabah mereka akan tidak akan mendapat apa-apa. Revina dan Gilang sudah membolos sekolah atau tepatnya tidak masuk 2 hari. Revina minta izin untuk menelfon ibunya yang mungkin sekarang sedang sangat khawatir.
“Ibu tenang saja! Aku tidak apa-apa. Ini sedang bersama polisi dan temanku untuk menyelidikki orang yang telah menculikku.” Kata Revina cepat.
“Kau diculik?! Oh… GOD! Ya sudah, cepatlah pulang! Sekarang kau dimana? Dan bagaimana kau bisa diculik??” kata Ibunya kaget.
“Sudah ya, Bu! Ceritanya panjang! Nanti saja akan kuceritakan jika sudah sampai di rumah. Daah!” kata Vina seraya menutup telponnya.
Mereka menunggu sampai sore. Matahari sudah tenggelam. Dan mereka melewatkan waktu minum the. Atau yang biasa disebut di Eropa “Tea Time”. Pada saat ini mereka tidak hanya minum the saja, tapi juga disediakan kue-kue kecil. Dan ini sudah menjadi tradisi orang Eropa. Apalagi Revina, ia tidak mau melewatkan kesempatan ini. Tapi, sekali ini Revina merasa tidak keberatan melewatkan saat “Tea Time”. Karena sebentar lagi akan ada kasus dan masalah yang terpecahkan. Kedua polisi itu sudah tidak tahan lagi. Ingin rasanya menghadang mobil tersebut dan mengambil paksa barang curian. Tapi, tidak jadi. Untung. Mereka tetap bersabar menunggu waktu yang tepat.
Seharian sudah mereka mengikuti mobil itu. Sudah lelah, capek, dan ngantuk. Bahkan Revina dan Gilang sudah ingin kembali ke sekolah. Rupanya kangen dengan teman-temannya. Termasuk The Lollypop Girls. Tapi, mereka sama sekali tidak tau, kalau sekolah mereka pusing dengan kehilangan mereka berdua. The Lollypop Girls malah sangat amat sedih hati. Bukannya khawatir dengan keadaan mereka, melainkan takut Gilang dan Revina berduaan dengan senang hati. Padahal mereka sedang dalam keadaan yang sulit dan menegangkan. Bayangkan! 1 mobil dengan polisi!
Melihat dan menceritakan sedikit keadaan di sekolah
“Aduh! Pasti Gilang dan Vina sedang honeymoon!” kata Paramitha ngaco.
“Hus! Jangan negative thinking lah, Mit! Malah kupir mereka sedang dalam keadaan yang susah. Dan aku merasa kasihan terhadap mereka. Kata Ratu
“Heh! Kok malah pada belain si “Upik Abu” sih?! Ngebetein amat! Asal kalian tau ya! Gue ini lebih tau tentang mereka! Pasti berduaan kalau ada kesempatan emas! Orang mereka itu kayaknya saling suka.” Kata Paramitha jengkel.
“Kayaknya kita harus menyelidiki nih. Kalau nggak, kita bakalan penasaran terus seumur hidup.” Kata Myo
“Hm.. Tapi gimana caranya? Kita aja gak tau mereka pergi kemana. Dan mungkin gak akan pernah tau! Kurang ajar mereka, kalau udah pulang awas! Gue labrak habis-habisan!” kata Paramitha.
Sementara itu di tempat Revina dan Gilang. Mereka dan kedua polisi sedang sangat senang. Karena akhirnya, sampai di kantor pos “Rahasia” itu dalam waktu seharian! Sangat sinting kedua penjahat itu!!
“Perjalanan kau sampai disini lama sekali. Aku sampai harus menunggu di kantor pos jadi-jadian ini.” Kata salah seorang di kantor pos.
“Maaf, ini tolong poskan barang-barang curian ini. Tapi, hati-hati sepanjang perjalanan tadi, ku merasa ada yang mengikuti kami.” Kata Pak Thomas
“Kalau begitu, ada yang menguping pembicaraan kita disini. Sebaiknya kau pulang. Daripada terjadi apa-apa lagi disini. Aku tidak mau kalau harus berurusan dengan polisi.” Kata Penjaga kantor pos itu.
“Pak, ini kantor pos jadi-jadian?? Itu artinya kita tidak dapat membatalkan pengiriman paket itu. Lebih baik sekarang kita serang mereka atau tidak selamanya.” Kata Revina
“Betul juga katamu. Baik, akan segera kuserang mereka.” Kata Pak Polisi
adegan saat polisi menyergap kedua penjahat yang kaget saat tau-tau muncul polisi di sekitar mereka. Ia dan temannya merasa sangat ketakutan. Mereka tidak bisa kabur sekarang! Mereka sudah terjebak!
“Serahkan barang-barang curian itu! Dan ikut kami ke penjara! Kami sudah tau rencana kalian! Dan kamilah yang mengikuti kalian hingga sampai disini. Letakkan senjatamu itu atau kau akan mendapat hukuman yang lebih berat.” Kata Pak Polisi galak.
“Ampuun. Saya hanya orang suruhan mereka. Saya dibayar untuk melakukan semua ini. Jangan tangkap saya, Pak.” Kata orang yang tadi menerima barang curian.
“Yah, asal kau mau memberika barang curian itu padaku dank au akan bebas dari hukuman. Serta menjadi saksi tentang apa yang dilakukan oleh Thomas. Kurasa kau tau semua. Atau harus kusebut, tukang pos gadungan.” Kata Pak Polisi tajam.
“Baik. Saya mau jadi saksi. Saya tau semuanya, walau tidak semuanya juga. Pokoknya ¼ masalah aku tau. Kalau mau tau semua, Tanya Richo dia asisten Thomas.” Kata Pak Pos.
“Ya, kau dan Richo menjadi saksi. Dan kau Thomas, kedudukanmu sebagai tersangka. Jadi, hati-hati saja!” kata Pak Polisi.
“Bagaimana denganku, Pak?” Tanya Revina
“Kau sebagai korban. Dan temanmu juga dianggap sebagai korban. Kalian akan kuantar pulang sekalian. Tapi, pasti sekarang mobil sempit karena akan ditempati kedua penjahat itu.” Kata Pak Polisi.
“Taka pa, Pak. Kami bisa naik taxi. Atau apa saja yang lewat.” Kata Gilang.
“Katamu uangmu habis? Ini Bapak beri 10,000. Anggap saja sebagai tanda terima kasih karena sudah membantu kami menangkap penjahat.” Kata Pak Polisi.
“Terima kasih banyak, Pak.” Kata Gilang menerima uang tersebut.
“Ya, sama-sama. Hati-hati dijalan ya!” kata Pak Polisi
“Nah, sekarang misi selesai. Dan kita bisa kembali ke sekolah.” Kata Gilang
“Belum. Belum selesai. Kau tau kita harus berjalan 500 KM untuk sampai ke jalan raya dan menemukan bis pertama yang muncul.” Kata Revina
“Itu aja becak. Naik itu saja dulu. Tapi, kita jalan 300 km, baru naik becak. Supaya tidak mahal dan menghemat uang kita.” Kata Gilang bijak.
“Yah, sekarang saja kalau begitu. Hari sudah malam. Aku tidak mau berjalan dalam gelap.” Kata Vina
“Tenang. Kan ada aku. Kau tidak perlu takut. Aku yang akan melindungimu dari apapun.” Kata Gilang.
‘kenapa ya kalau aku ada di dekat Gilang hatiku menjadi berdebar-debar? Apa itu artinya?’ batin Vina.
Mereka terus berjalan dalam malam yang sangat gelpa. Perjalanan sangat jauh. Tapi, untung Revina orang yang kuat. Ia selalu tahan dalam keadaan apapun. Maka dari itu Gilang menyukainya. Ia ingin bilang pada Vina kalau ia suka padanya tapi takut ditolak. Ia tidak tau kalau Vina juga suka pada Gilang. Mereka sudah hampir lemas. Dan Vina seperti mau pingsan. Tapi, ia berpura-pura kuat agar tidak disangka lemah. Tak lama kemudian Vina pingsan. Gilang khawatir dan menggendong Vina sampai 300 km.
Akhirnya pada pagi hari mereka berdua sampai kembali di Jakarta. Mereka berdua amat sangat senang dan bersyukur. Mereka hendak membolos atau tepatnya izin tidak masuk sekolah hari itu. Karena merasa amat capek.
“Vina! Kau darimana saja, Nak?? Kok sampai lesu begitu?! Akan kubuatkan the dan hari ini kau tidak perlu masuk sekolah. Ceritakan pada Mama apa yang terjadi dan kenapa bisa diculik.” Kata Mama.
“Ceritanya panjang dan aku terlalu capek untuk bercerita.” Kata Vina
“Yah, tak apa. Yang penting sekarang kau sudah selamat dan tidak dalam keadan gawat. Mama sangat khawatir, Nak.” Kata Mamanya.
“Mama, cerita begini… (blablablah). Yah, begitulah ceritanya. Tapi, untung aku tidak sendiri. Ada yang Gilang yang menemani.” Kata Vina.
“Sebaiknya kau bilang pada Ayah soal ini. Ia harus tau. Supaya tidak terjadi lagi. Dan itu terserah Ayah akan membawamu ke AMerika atau tidak.” Kata Ibu
“Tentu aku akan membawanya! Aku sudah mendengar semuanya! Aku akan membawa Vina ke AMerika, karena kau tidak bisa menjaganya dengan baik!” kata Ayah yang muncul tiba-tiba
To be continue~~~
Hah,,,, vina dibawa AMerika??? Lalu gimana dong Gilang???
Jumat, 15 April 2011
~~~My Life in Indonesia~~~
Diposting oleh Laras Swift Bieber di 02.19
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar