BLOGGER TEMPLATES AND iPhone Wallpapers »

Rabu, 30 Maret 2011

~~~My Life in Indonesia~~~

Cerita sebelumnya :


Revina yang malang. Hanya karena Ayahnya punya musuh, ia yang menjadi korbannya. Tapi, yang episode ini mungkin agak panjang, karena ada adegan Gilang dan teman-teman sebasketnya menyelamatkan Revina. Setelah itu tidak tau Revina akan dibawa kembali ke Amerika atau tidak. Simak saja! Setelah itu ada percintaannya. Gilang menyatakan perasaannya pada…..


Happy Reading!


~~~Chapter 5~~~


Kejadiannya begitu cepat. Revina disekap dan dimasukkan di dalam mobil. Tapi, Gilang yang sedang mengendarai sepedanya tidak berani berkutik melihat Revina begitu. Setelah mobil berjalan barulah ia mengikuti mobil tersebut. Ia lupa untuk menelepon polisi. Tapi, biarlah akan ia telepon setelah sampai di tempat tujuan agar polisi tidak ikut-ikutan mengikuti mobil seperti Gilang. Dan diberi alamat yang jelas tentang dimana Revina diculik.
“Kenapa ya orang-orang tadi menculik Vina? Dan kemana mereka pergi?” itu yang selalu digumamkan Gilang sambil mengendarai sepeda. Gilang mengendarai sepeda dengan ngebut agar tidak kehilangan jejak. Sesaat kemudian ia menyetop taksi karena ia berpikir nafasnya sudah ngos-ngosan jadi tidak mungkin mengejar dengan sepeda.
“Ikuti mobil itu, Pak!” suruh Gilang. Tidak lupa ia mencatat nomor mobil itu, agar jika kehilangan jejak bisa diberika pada polisi dan polisi dapat dengan mudah mengikuti mobil tersebut.
Sepertinya sudah lama sekali Gilang mengikuti mobil itu, tapi tidak kunjung berhenti juga. Dengan kaget, Pak supir taksi bilang, “Mobil itu mau kemana, Dek? Ini sudah di Cilacap lho.” Katanya begitu.
“Apa??!!!! Jauh sekali! Begini Pak, tadi saya melihat mobil itu menculik teman saya, saya tidak tau kenapa saya mau menyelamatkan teman saya itu.” Kata Gilang menyatakan permasalahannya.
“Oooo, begitu. Mengapa tidak minta polisi saja??? Ini sudah 500.000 lho.” Kata Supir taksi mengingatkan
Gilang mengecek uangnya. Untung masih ada 1 juta. Dan ia berkata pada pak supir, “Pak, ada 1 juta di dompet saya, bapak ambil aja yang penting harus sampai ke tempat penculik itu membawa teman saya.” Kata Gilang.
“Baik.” Jawab supir itu.
Akhirnya setelah lama menunggu Gilang sampai ke tempat penculik itu. Ternyata memang jauh tempatnya. Ia menanyakan lokasi pada Pak Supir dan berpikir sejenak, ‘kalau begitu besok aku bolos sekolah dong’. Itulah gumaman Gilang. Ia turun dan mengucapkan terima kasih pada supir taksi itu. Sekarang supir taksi itu kembali ke Jakarta dengan rasa lelah.
“kasihan juga Pak Supir itu. Gara-gara aku jadi harus kembali dengan capek.” Katanya dalam hati
Gilang bersembunyi di balik semak yang terdekat dari situ. Dan mendengarkan kedua orang yang menculik Vina itu dengan seksama. Setelah mendengar pembicaraan mereka ini, Gilang jadi mengerti mengapa mereka menculik Revina.
“Jadi Ayah Revina pernah bekerja sama dengan mereka. Dan mereka telah dipecat olehnya karena suatu permasalahn. Hmm, apakah lebih baik aku ke polisi atau tetap disini untuk mengawasi Vina kalau-kalau ia disakiti?” batin Gilang dengan ketakutan
Hari telah larut malam. Kemudian ia memutuskan untuk ke polisi besok pagi. Tidak enak juga ke kantor polisi malam-malam. Ia akan tidur di balik semak yang dingin itu. Ia sudah bertekad akan bangun pagi sekali agar bisa ke polisi di daerah sini dan menyatakan ada anak yang diculik. Dengan begitu persoalan akan menjadi mudah dan Revina akan selamat.
Malam itu indah. Bulan bersinar terang karena malam itu purnama. Gilang tidur diterangi cahaya bulan. Ia merasa bahagia karena sebentar lagi akan bisa menyelamatkan Revina Machbeth anak dari pengusaha kaya yang ada di Amerika! Saat itu ia mendengar suatu suara. Ya! Itu suara Vina. Ada apa sebenarnya?
“Tidak mau! Aku tidak akan pernah menandatangani surat itu! Ayah bisa marah! Kenapa kalian menculikku bodoh! Ibu pasti khawatir sekali di rumah!!” teriak Vina dengan menangis
“Ya Tuhan, tolong lindungilah Revina, jangan biarkan ia disakiti begitu oleh penjahat-penjahat itu. Kumohon Tuhan kabulkanlah doaku ini. Aku sangat menyayangi Vina, jangan biarkan ia terluka.” Itulah doa Gilang. Ia benar-benar tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan nasib Vina. Ia tidak bisa berdiam terus disitu tanpa melihat keadaan Vina. Saat itu Gilang benar-benar khawatir padanya!
“Dengar, Nak, kalau kau tidak mau menandatangani ini, aku akan membunuhmu.” Kata penculik itu
Gilang mendengar itu. Dan ia merasa air mata mengucur di pipinya. Tidak! Aku tidak akan membiarkan Vina dibunuh oleh bandit itu! Ia bangkit. Dan menggedor pintu rumah itu. Sang penculik kaget. Dikira yang datang polisi dan ia berkata pada Vina,
“Sekarang diam. Atau kau kubunuh.” Katanya sambil menuju ke pintu
Betapa terkejutnya ia ternyata yang datang seorang laki-laki.
“Mau apa kau?? Dan darimana kau tau kami disini?? Jangan-jangan kau mengikuti kami yaa??” Tanya sang penculik garang
“Bukan urusanmu.tolong jangan sakiti Vina. Jangan bunuh dia. Kalau kau mau bunuh saja aku! Aku rela mati, asal jangan dia yang kau bunuh!” kata Gilang dengan gagah berani.
“Ternyata kau temannya yaa. Hm, aku hanya menyuruhnya menandatangani kontrak tapi, ia tidak mau. Jadi, harus kuancam dengan itu.” Katanya santai
Vina bergumam. Itu kan Gilang. Ternyata pada saat aku diculik ia melihatnya dan mengikutiku sampai kesini. Wah, senang hatiku karena ternyata aku tidak sendirian di tempat yang seperti neraka ini. Ia berteriak dengan keras,
“GILANGGG!!!!!!!!!! TOLONNGGGGG!!!!!!” teriak Vina
“Vinaaaa!!! Kau dimana???!!! Aku datang untuk menyelamatkanmu!!!!!” teriak Gilang membalas sapaan Vina
“DIAAAMMM!!! Kalau kalian begitu terus bisa-bisa membangunkan tetangga dan akhirnya semua kemari.” Kata penculik itu garang
“Memang itu yang aku mau.” Kata Gilang santai
Penculik itu menatap Gilang sejenak. Dan berpikir dengan keras. Antara membiarkan anak ini bebas atau menyekapnya. Tapi, untung penculik ini bodoh, ia membiarkan Gilang bebas sehingga ia dapat melapor pada polisi.
“Baik. Kau pergi. Tapi, jangan kembali lagi. Awas kau!” kata si penculik
“Tapi, jangan sakiti Vina lagi. Jangan buat dia tersiksa atau aku akan kembali kesini lagi.” Kata Gilang
“Baik.” Kata penculik itu menutup pintu kembali
Semuanya kembali seperti semula. Tapi, tidak dengan yang diculik. Ia merasa kesepian, takut dan entah apalagi. Tapi, sekarang ia tau ia tidak sendirian. Gilang pasti akan dengan segera melapor pada polisi dan ia bisa bebas kembali. Sungguh tidak enak nasibnya. Disuruh menandatangani kontrak yang sama sekali tidak kumengerti, dan diancam akan dibunuh. Sepertinya ia mengenal orang yang menculiknya itu.
“Hey kau! Benarkah kau Pak Thomas?” Tanya Vina
“Kau ingat denganku ternyata yaa?” kata Pak Thomas
“Tentu saja! Dulu waktu aku masih sangat kecil dan Ayah sedang sibuk bekerja aku kan selalu bermain denganmu! Dan sekarang rupanya kau ingin bermain lagi yaa! Kangen denganku rupanya!” kata Vina
“Ya! Tapi, aku ingin membalas dendam pada Ayahmu yang telah memecatku dulu. Sehingga aku hidup sengsara. Dengan aku menculik mu pasti ia akan khawatir. Dan aku akan meminta tebusan yang besar agar tidak miskin lagi.” Kata Pak Thomas
“Ooooo, begitu. Tapi, bukankah kau dipecat waktu itu karena kesalahnmu sendiri?? Maksudku, kau kan membocorkan proyek penting pada orang asing dan maka dari itu Ayah memecatmu. Dia tidak salah.” Kata Vina
“Pokoknya bukan aku! Dia tidak pernah percaya padaku! Yang membocorkan itu Vana! Vana De Melbourne. Ia orang Australia. Dan akan disebarkan ke negerinya. Seharusnya Ayahmu tau soal itu! Aku jelas tidak mungkin! Aku lahir di Amerika dan setia pada Amerika!” kata Pak Thomas bercerita tentang masalahnya.
“Kenapa tidak kau ceritakan pada Ayah??” Tanya Vina
“Tadi kan sudah kubilang, dia tidak pernah percaya padaku!” katanya lagi.
Lama sekali mereka bercakap-cakap. Tapi, Pak Thomas merasa sudah berbincang terlalu panjang. Sehingga Vina mengetahui semua permasalahannya.
Keesokan paginya Pak Thomas sudah bangun. Untuk melihat apakh itu saat yang tepat untuk menelfon Nyonya Machbeth.
“Dengar, aku akan menelpon ibumu dan memberi tau dimana kau dan dengan siapa kau berada. Kuharap ibumu akan menyampaikan pesan ini pada Ayahmu tentunya!” kata Pak Thomas
“Silakan.” Kata Vina
Setelah menelpon, mereka pergi dan meninggalkan Vina sendirian disana. Ibunya sangat shock mendengar kabar itu.
Tapi, ternyata Gilang sudah datang lebih awal dengan kedua polisi!

To be continue~~~

Bagaimana selanjutnya???

Akankah masuk ke Koran tentang penculikan anak pengusaha kaya???

Dan bagaimana dengan GILANG dan VINA????

Semua ada di Chapter 6!!

0 komentar: